Wiretapping, spionase, atau yang lebih kita kenal sebagai penyadapan mungkin sudah umum beredar di masyarakat. Penyedapan telepon, sinyal satelit, dan bahkan penyadapan kabel serat optik adalah beberapa upaya memperoleh informasi secara tersembunyi. Sebenarnya memata-matai adalah aktivitas yang wajar dan alami masyarakat kita, seperti yang pernah diugkapkan oleh Eric Schmidt, Chairman Google dalam sebuah acara baru-baru ini di New York.
Kontan pernyataan Schmidt banyak mengundang pro kontra dan perdebatan karena bertentangan dengan definisi kecerdasan sebagai bentuk pengorganisasian rasa ingin tahu manusia. Namun bagi yang pro mereka berpendapat jika sebenarnya aktivitas spionase itu usianya juga sudah setua usia masyarakat kita.
Dalam bukunya, “History of The Secret: From the Pharaohs to the CIA” yang ditulis oleh Wolfgang Krieger disebutkan bahwa aktivitas mata-mata atau penyadapan sudah ada sejak jaman kuno. Dalam tulisannya, Krieger menyebutkan bahwa spionase pertama yang dibiayai Negara adalah Francis Walsingham yang disebut juga sebagai kepala badan intelejen pertama di dunia. Ia mewakili Ratu Elisabeth I dari Inggris pada abad ke-16. Sukses terbesar Walsingham adalah ketika berhasil mengungkap konspirasi gereja katolik yang berujung pada eksekusi Ratu Mary dari Skotlandia.
Sebelum abad 19 banyak aktivitas agen intelijen yang mengumpulkan informasi dengan tenaga manusia yang kemudia lebih dikenal dengan istilah “human inteligen” atau disingkat dengan HUMINT atau yang kita kenal dalam film-film agen rahasia sebagai agen yang menyamar. Itu dulu, namun sekarang metode dan bentuk pengumpulan informasi secara sembunyi semakin berkembang tidak lagi dilakukan oleh manusia. Ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Timeline perkembangan wiretapping/penyadapan.
Secara singkat berikut sejarah perkembangan aktivitas penyadapan:
1898: Penyadapan kabel. Penemuan telegrafon berhasil menyadap dan merekam percakapan telepon untuk pertama kalinya.
1903: Penyadapan kamera kaleng. Kamera rahasia “Ben Akiba” buatan Jerman menggunakan film 18mm
1945: Penyadapan mikro. Leon Theremin, seorang ahli fisika dari Rusia mengenalkan alat penyadapan yang bisa diaktifkan dan nonaktifkan secara wireless untuk KGB.
1947: Mikrofon IR. Mikrofon Infra Merah (IR) yang bisa mendeteksi suara dari jendela. Alat ini merupakan cikal bakal teknologi mikrofon laser modern.
1959: Satelit spionase. Satelit Amerika yang dibuat dalam program Corona yang bertujuan untuk memotret Rusia dan Cina dari luar angkasa pasca perang dingin.
1968: Lipstik Camera. Marget Hoke, seorang menteri Jerman TImur pada masa itu memotret dokumen rahasia NATO dengan lipstiknya.
1971: Echelon. Sebuah aliansi 5 badan intelijen dunia yang dipimpin oleh NSA yang bertujuan memonitor komunikasi satelit global.
1985: GPS Tracking. Teknologi pelcakan posisi objek atau yang disebut Global Positioning System mulai marak dikembangkan dan memungkinkan pelacakan melalui satelit.
1996: IMSI Catcher. Rohde & Schwarz adalah alat IMSI Cather pertama yang memungkinkan radio cell untuk menyadap ponsel.
2003: Ponsel Penyadap. Sebagai tindakan “menguping” percakapan mafia di New York, FBI mengaktifkan mikrofon ponsel tersangka.
2007: Prism. NSA (National Security Agency) bekerja sama dengan Microsoft dalam rangka pengamanan aktivitas pengguna data internet.
2008: Trojan Negara. Hassian Digital sebuah perusahaan software menyusupkan Trojan Negara ke kepolisian Jerman.
2011: Finlntrusion Kit. Sebuah kelompok Gamma dari Jerman dan Inggris menjual hardware serta software yang secara sembunyi secara diam-diam dalam jaringan WLAN.
2015: Google Glass akan di – “Hack”. Kabarnya intelijen akan memiliki akses data ke kacamata Google sehingga dapat mendeteksi lokasi kendaraan secara real-time.
SIGINT (signal intelligent) atau penyadapan kabel telepon dan radio yang marak berkembang ini merupakan celah teknologi informasi yang banyak menjadi perantara aktivitas penyadapan. Seiring kemajuan teknologi informasi juga, maka wujud perangkat penyadapan akan semakin mengecil dan canggih.
Jadi menguping percakapan melalui ponsel seperti yang baru-baru ini menjadi topik utama bagaimana dilakukan oleh pihak intelijen Australia pada beberapa pejabat kita sebenarnya adalah hal yang mungkin dianggap wajar bagi kalangan spionase.
Sebagai upaya keamanan dan meminimalkan penyelewengan mungkin tindakan penyadapan seperti yang berbasis GPS tracking mungkin akan sangat bermanfaat dalam pengendalian internal. Namun seberapa jauh ruang privasi sebuah aktivitas penyadapan itu sampai tidak bocor ke publik itulah yang perlu mendapat perhatian.
Toh nyatanya memang sudah kebiasaan masyarakat kita pada dasarnya memang ingin tahu. Oleh kaena itu bagaimana menerapkan teknologi penyadapan seperti melalui ponsel secara “aman” dengan memalsukan wireless cell seperti yang sedang dikembangkan pada kacamata pintar milik Google bisa menjadi alternatif bagaimana aktivitas spionase yang beretika.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.